Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Cacar Monyet, 5 Hal yang Kamu Wajib Tahu Soal Penyakit Ini

Penyakit cacar monyet sedang ramai dibicarakan masyarakat sejak resmi ditemukan di Singapura. Pemerintah Kota Batam merespon temuan ini deng...

Penyakit cacar monyet sedang ramai dibicarakan masyarakat sejak resmi ditemukan di Singapura. Pemerintah Kota Batam merespon temuan ini dengan menyiapkan alat pemindai suhu tubuh, sebagai upaya antisipasi masuknya penyakit ini ke Indonesia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anung Sugihantono menyarankan masyarakat tak perlu khawatir menghadapi cacar monyet. Namun masyarakat tetap wajib waspada terutama bila hendak pergi ke Batam dan Singapura.

"Yang penting jaga kebersihan dan kesehatan selama bepergian. Misal jangan lupa cuci tangan dengan sabun. Kita tidak menerapkan perlakuan khusus kecuali Batam yang memasang alat deteksi suhu," kata Anung pada detikHealth.

Berikut 5 hal yang wajib diketahui soal cacar monyet.

1. Nggak cuma dari monyet

Monyet ternyata bukan satu-satunya hewan yang membawa virus yang menyebabkan cacar monyet. Berdasarkan informasi WHO, penyakit ini bisa disebarkan hewan primata lain misal tikus dan tupai.

"Demi keamanan sebaiknya hindari kontak dengan hewan yang bisa menjadi vektor virus. Membatasi kontak adalah salah satu upaya mencegah penularan penyakit cacar monyet," kata dokter ahli penyakit tropik infeksi dr Adityo Susilo, SpPD-KPTI dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM).

2. Sembuh sendiri

Menurut dr Adityo, penyakit cacar monyet bisa sembuh sendiri. Namun perlu waktu lama hingga pasien bisa sembuh dari penyakit ini. Pasien juga harus mendapat kecukupan cairan dan nutrisi dan perawatan yang baik hingga sembuh.

"Biasanya perlu waktu sekitar 2-3 minggu hingga pasien sembuh sepenuhnya. Selama sakit pasien harus mendapat terapi supportif misal kecukupan cairan, nutrisi, dan kebutuhan tubuh lainnya. Pasien jangan sampai menjadi sumber penularan bagi warga lain yang sehat," kata dr Adityo.

3. Tidak memiliki pengobatan spesifik

Penyakit cacar monyet tidak memiliki pengobatan yang spesifik. Selain terapi supportif, pengobatan yang diberikan juga bersifat simtomatik sesuai gejala atau keluhan yang dirasakan pasien.

Selain tidak punya pengobatan spesifik, cacar monyet juga tak punya vaksin sebagai tindak pencegahan. Menurut dr Adityo, vaksin untuk cacar monyet pernah dikabarkan sama dengan yang digunakan untuk chicken pox. Cacar monyet dan chicken pox sama-sama diakibatkan virus Variola.

4. Belum pernah ada di Indonesia

Penyakit cacar monyet hingga saat ini belum pernah ditemukan di Indonesia. Artinya, Indonesia tidak punya pengalaman menghadapi penyakit ini sebelumnya. Namun dengan sifat penyakit yang bisa sembuh sendiri, infeksi cacar monyet tidak perlu menimbulkan kekhawatiran.

Belum pernah ditemukan juga tidak mengindikasikan Indonesia aman sepenuhnya dari infeksi cacar monyet. Anung kembali mengingatkan pentingnya upaya pencegahan terhadap serangan virus.

5. Dapat dicegah

Upaya pencegahan sebetulnya lebih efektif menghadapi berbagai penyakit dibanding pengobatan. Salah satunya dengan cuci tangan pakai sabun tiap kali memulai atau mengakhiri aktivitas. Anung juga menyarankan pembatasan kontak terhadap hewan primata atau material yang terinfeksi virus.

"Pola hidup bersih harus selalu diterapkan untuk menghindari penyakit. Selain itu bila mengalami demam mendadak, pembesaran kelenjar getah bening, serta ruam kulit kurang dari 3 minggu setelah kembali dari bepergian sebaiknya segera ke fasilitas kesehatan dan ceritakan riwayat perjalanan," kata Anung

Kuliah Beasiswa...?? Klik Disini

Reponsive Ads